29 Oktober 2007
Pukul 19.00 WIB
AMANAH-PHOBI ≠ AMANAH-INSYA ALLOH (SIAP !!!)(Part 1)
Bukan zamannya lagi “amanah-phobi” sekarang zamannya ”amanah-insya Alloh (siap!)”
Yup, jangan disalahartikan berarti kita meminta-minta amanah, tetapi hakikat sebuah amanah, maka harus ada orang yang kemudian mengembannya.
Kalau generasi penerusnya pada ogah-ogahan atau terkena sindrom takut amanah, lalu siapa lagi yang akan menjadi pemegang panji-panji Islam ? Suara lantang siapa yang senantiasa menyeru bahasa kebenaran ketika ditengah-tengahnya banyak ketimpangan terjadi ? Lalu apakah kita tidak tergiur untuk menjadi generasi yang Alloh mencintai mereka dan mereka pun mencintai Alloh ? Lalu siapa generasi penantian yang sedang dinanti-nanti tersebut ?
Proses pewarisan (Taurits) nilai-nilai dan semangat untuk selalu siap siaga baik dalam keadaan ringan atau berat harus kembali kita pupuk. Karena zaman akan senantiasa berganti, pergiliran ”rijal-rijal” yang berputar bersama zaman pun adalah sebuah keniscayaan.
Adalah sebuah pilihan strategis, ketika bersama siapapun, kapanpun, dan dimanapun, kita menempatkan dan senantiasa meluruskan niat untuk berusaha menjadi ”rijal”. Tapi ternyata ada yang lebih penting dari itu, kalau bahasa lainnya ”kita jangan egois dunks !!!” (kritikan buat sendiri nih ......), ternyata selain jadi ”rijal” harus ditambah lagi, kita harus mampu untuk mencetak rijal-rijal baru. Pasti ga seru, kalo apa yang tlah kita pahami atau kalo mau narsis-ilmu-ilmu yang tlah kita dapatkan dari proses pengamatan-pelaksanaan-penghayatan dari para pendahulu, hanya terhenti dalam diri kita, tanpa ada proses transformasi ke ”the next rijal”.
Wah, mandeg nih !!! Gimana generasi berikutnya bisa lebih baik. Ya, minimal kalau kata seorang teman ”kalo antum mau pergi (lulus, mutasi, de-el-el), minimal cetak satu orang yang sekualitas antum atau syukur-syukur kalau lebih dari antum”.
Tugas siapa ? masih tanya ......???!!!! Hakikatnya tugas dari masing-masing diri kita.
Alloh SWT aja tlah memperingatkan kita, untuk bisa meneruskan ”proses pewarisan” dengan generasi-generasi yang memang telah disiapkan sebelumnya. Sehingga generasi yang kemudian muncul adalah realisasi dari pengorbanan panjang penuh penantian, bukan sensasi, halusinasi, atau kolaborasi.
Coba deh kita buka QS An-Nissa : 9
”Dan hendaklah takut kepada Alloh, orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah”
»» READMORE...