Berlangganan

Episode_Pena

Salam Pena

Sahabat semua....
Pena harus senantiasa menulis, agar pena mempunyai ketajaman pesan. Episode_Pena tempat untuk saling berbagi & menambah wawasan. Silahkan Sahabat semua memberikan saran, kritik, masukan atau 'say hello' dengan meng-klik & mengisi Buku Tamu :)

Oktober 13, 2012

SIRAH NABAWIYAH : BELAJAR DARI TAHAPAN DAKWAH I DAN II PERIODE MEKKAH



PENDAHULUAN*
 “Hai orang yang berkemul, bangunlah lalu berilah peringatan, dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah” (QS. Al-Muddatsir : 1-7)


Kalamulloh di atas sepintas seakan merupakan perintah-perintah yang sederhana dan remeh, tetapi ternyata pada hakikatnya mempunyai tujuan yang jauh, berpengaruh sangat kuat dan nyata, diantaranya :
1.      Tujuan pemberian peringatan, tentang akibat perbuatan manusia di dunia dan di kemudian hari
2.      Tujuan mengaggungkan Rabb
3.      Tujuan membersihkan pakaian dan meninggalkan perbuatan dosa
4.      Tujuan larangan mengharap yang lebih banyak dari apa yang diberikan agar di senantiasa berbuat, lebih banyak berusaha dan berkorban, lalu melupakannya
5.      Tujuan perintah agar Nabi SAW bersabar dalam menghadapi gangguan, siksaan, ejekan, dan olok-olok orang yang menentangnya, karena mengharap keridhoan Alloh semata.
Ayat-ayat tersebut mengandung materi-materi dakwah dan tabligh. Secara umum, semua ayat ini menuntut tauhid, iman kepada Hari Akhirat, pembersihan jiwa, penyerahan semua urusan kepada Alloh, meninggalkan kesenangan diri sendiri dan keridhoan manusia serta untuk dipasrahkan kepada keridhoan Alloh.
Permulaan ayat-ayat tersebut mengandung seruan yang tinggi sebagai perintah yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, agar beliau bangun dari tidur dan melepas selimut, siap untuk berjihad dan berjuang. Oleh karena itu beliau bangkit dan selama 25 tahun beliau tidak pernah beristirahat dan diam, tidak hidup untuk diri sendiri dan keluarga beliau. Beliau bangkit untuk berdakwah kepada Alloh, menanggung beban berat di atas pundaknya, tidak mengeluh dalam melaksanakan beban amanat yang besar di muka bumi ini, memikul beban kehidupan semua manusia, beban aqidah, perjuangan dan jihad di berbagai medan.

Periode dan Tahapan Dakwah
Masa dakwah Rasululloh SAW dapat dibagi ke dalam dua periode :
1.      Periode Mekkah, selama 13 tahun
Dibagi menjadi tiga tahapan :
a.       tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama tiga tahun
b.      tahapan dakwah secara terang-terangan di tengah penduduk Mekkah, dimulai sejak tahun keempat dari nubuwah hingga akhir tahun kesepuluh.
c.       Tahapan dakwah di luar Mekkah dan penyebarannya, dari tahun kesepuluh dari nubuwah hingga hijrah ke Madinah.
2.      Periode Madinah, selama 10 tahun

 SIRAH NABAWIYAH : BELAJAR DARI TAHAPAN DAKWAH I DAN II
PERIODE MEKKAH
  
Tahapan I : Jihad untuk Berdakwah
Peribadatan terhadap Ka’bah dan penyembahan terhadap berhala dan patung-patung yang disucikan seluruh bangsa Arab membuata usaha untuk memperbaiki hal tersebut bertammbah sulit dan berat. Maka itu, dalam menghadpi kondisi seperti ini, tindakan yang paling bijaksana adalah memulai dakwah dengan sembunyi-sembunyi, agar penduduk Mekkah tidak kaget karena tiba-tiba menghadapi sesuatu yang menggusarkan mereka.
Sangat lumrah, jika Rasululloh SAW menampakkan Islam pada awal mulanya kepada orang yang paling dekat dengan beliau, anggota keluarga, dan sahabat-sahabat karib beliau. Mereka adalh istri Rasululloh SAW (Ummul mukminah Khadijah binti Khuwailid), Zaid bin Haritsah, Ali bin Abu Thalib, dan Abu Bakar Ash-shiddiq. Mereka merupakan orang-orang yang terdahulu dan yang pertama-tama masuk Islam atau dikenal dengan sebutan As-sabiqunal-Awwalun. Mereka masuk Islam secara sembunyi-sembunyi, Rasululloh SAW menemui mereka dan mengajarkan agama. Dakwah masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan.
Tahapan ini berlangsung selama tiga tahun dan wahyu yang pertama-tama turun diantaranya adalah perintah Sholat. Selama jangka waktu ini telah terbentuk sekelompok orang-orang mukmin yang senantiasa menguatkan hubungan persaudaraan dan saling bahu-membahu. Penyampaian dakwah ini terus dilakukan hingga turun wahyu yang mengharuskan Rasululloh SAW menampakkan dakwah kepada kaumnya, menjelaskan kebatilan mereka, dan menyerang berhala-berhala sesembahan mereka.

Tahapan II : Dakwah secara Terang-Terangan
Setelah mendapat perintah untuk berdakwah secara terang-terangan, Rasululloh SAW langsung bangkit menyerang berbagai khurafat dan kebohongan syirik, menyebutkan kedudukan berahala dan hakikatnya yang sama sekali tidak memiliki nilai. Oleh karena itu, orang-orang Quraisy bangkit untuk menghadang revolusi yang datang secara tak terduga ini. Mereka bangkit karena menyadari bahwa makna iman yang Rasululloh serukan adalah penafian terhadap uluhiyah  selain Alloh, bahwa makna iman kepada risalah dan hari akhirat adalah ketundukan dan kepasrahan secara total. Maka itu, mereka tidak punya pilihan lagi terhadap diri dan harta mereka, terlebih lagi terhadap orang lain.
Dalam menghadapi dakwah yang dilakukan Rasululloh SAW tersebut, kaum Quraisy mengirim utusan kepada Abu Thalib. Utusan tersebut meminta kepada Abu Thalib, agar keponakannya, Rasululloh SAW, menghentikan aktivitas dakwahnya. Namun hal tersebut ditolak dengan lembut oleh Abu Thalib. Maka itu, Quraisy melakukan beberapa cara lain untuk menghadang dakwah Rasululloh SAW, antara lain dengan cara :
1.      melakukan penghinaan, ejekan, olok-olok, dan penertawaan
2.      menjelek-jelekkan ajaran beliau
3.      melawan Al-Qur’an dengan dongeng orang-orang dahulu dan menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng tersebut agar meninggalkan Al-Qur’an
4.      menyodorkan beberapa bentuk penawaran sehingga dengan penawaran itu mereka berusaha untuk mempertemukan Islam dan Jahiliyah di tengah jalan.
Walaupun demikian, lama-kelamaan mereka menyadari cara-cara tersebut tidak efektif. Meski begitu, mereka tidak mengendorkan usaha dalam memerangi Islam, mengganggu beliau, menyiksa orang-orang yang masuk Islam, menghadang mereka dengan berbagai siasat dan cara.
Gangguan dan siksaan ini tidak terlalu berarti bagi diri Rasululloh SAW, karena beliau memiliki kepribadian yang tiada duanya, berwibawa dan dihormati setiap orang, umum maupun khusus. Di samping itu, beliau masih mendapat perlindungan dari Abu Thalib, orang yang paling disegani dan dihormati di Mekkah. Tapi bagi orang-orang muslim, terlebih lagi mereka yang lemah, maka semua itu terasa amat berat dan pahit.
Rangakaian peristiwa yang menyertai tahapan ini, antara lain :
1.      Darul Arqam
2.      Hijrah ke Habasyah yang pertama (QS Al Kahfi, QS Az-Zumar:10, QS Fushilat:26, QS An-Najm:62)
3.      Tipu muslihat Quraisy dalam menghadapi orang-orang muslim yang hijrah ke Habasyah
4.      Quraisy mengancam Abu Thalib
5.      Quraisy mendatangi Abu Thalib sekali lagi
6.      Ide untuk menghabisi Nabi
7.      Hamzah bin Abdul Muththalib masuk Islam
Faktor-faktor yang menguatkan kesabaran, ketabahan, dan keteguhan hati :
1.      Iman kepada Alloh (QS Ar-Rad:17),
2.      Sosok pemimpin yang bisa menyatukan hati manusia (QS Al-An’am:33),
3.      Rasa tanggung jawab,
4.      Iman kepada Hari Akhirat (QS Al Mu’minun : 60),
5.      Iman kepada Al-Qur’an (QS 2:214, QS Al-Ankabut:1-3),
6.      Kabar gembira tentang datangnya keberhasilan (QS Ash-Shaffat:171-177, QS Al Qamar:45, QS Shad:11,QS An-Nahl:41, QS Yusuf:7,QS Ibrahim:13-14, QS Ar Rum:4-5).

*Dalam arsip : up grading Pengurus UKMI FABIO UNSOED 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar