Idolaku Tinggalkan Sholat ???
Apa kabar hati ?
Kiranya malam ini, saya pengen bertanya sendiri ke dalam hati saya.
It's time to collect "the break things".
Sahabat semua, banyak hal yang ingin saya bagi dan ceritakan. Tapi, semuanya seakan penuh.... di sini...ya... di dalam sini...(my heart).
Saya terhenyak,
sore ini saya benar-benar terhenyak, seperti sebuah tamparan yang keras.
Kisah dari seorang teman, yang begitu banyak memberikan hikmah untuk saya.
............................................................
Dari penampilan secara keseluruhan, saya sangat mengagumi teman saya : cantik, sholehah, aktif di kegiatan sosial, punya suami yang sholeh dan secara materi lebih dari cukup.
Lima tahun sudah, beliau mengarungi bahtera rumah tangga, selalu terlihat harmonis dengan suaminya. Sampai bisa dibilang teman saya ini sebagai "tipe istri idaman". Memang yang bersangkutan belum dikarunia-i momongan.
Sampai tadi sore,
"An, percaya tidak ? kalau 1 bulan kemarin saya pernah benar-benar meninggalkan sholat".
"Serius ? jangan bercanda.... masa sih......????" sahutku menyelidik siapa tahu dia menyatakan pertanyaan yang ada makna 'implisit' di dalamnya.
"Demi Alloh...serius....."
Saya terhenyak....waduh kok pakai kalimat Demi Alloh..... masa sih..... se-sholihah dia, meninggalkan sholat.
"Memangnya kenapa ? Bukannya sholat itu jelas pembatas antara muslim dan non-muslim, lagian kan amal yang pertama dihisab bukannya sholat ?" Saya berusaha realistis dan menguasai kekagetan saya.
Ada bening yang menetes dari matanya, hening cukup lama..... Saya diam menunggu.
"Astagfirulloh..... makanya saya sering menangis setiap mengingat itu semua..." terhenti sebentar.
"Saya merasakan serba segalanya : punya harta yang lebih dari cukup, punya suami yang baik, punya kedudukan yang cukup dipandang dan disegani di masyarakat, merasa bangga dengan keilmuan yang saya miliki dan serba segalanya yang lain........" tangisnya meledak.
Saya bingung harus berbuat apa, karena selama ini, dialah yang sering memberi nasihat dan menguatkan saya, ketika saya sedang patah semangat. Akhirnya, saya memilih diam.... ya mendiamkannya untuk melepaskan beban yang mungkin ingin dilepaskannya selama ini.
"Saya benar-benar terkena penyakit uzub.... merasa lebih, sampe pada saat itu, saya tidak bergairah dalam mencapai target-target kehidupan. Ya, karena merasa semuanya sudah terpenuhi. Sampai akhirnya saya pada titik tidak membutuhkan lagi pada siapapun, termasuk pada Gusti Alloh"
Apa kabar hati ?
Kiranya malam ini, saya pengen bertanya sendiri ke dalam hati saya.
It's time to collect "the break things".
Sahabat semua, banyak hal yang ingin saya bagi dan ceritakan. Tapi, semuanya seakan penuh.... di sini...ya... di dalam sini...(my heart).
Saya terhenyak,
sore ini saya benar-benar terhenyak, seperti sebuah tamparan yang keras.
Kisah dari seorang teman, yang begitu banyak memberikan hikmah untuk saya.
............................................................
Dari penampilan secara keseluruhan, saya sangat mengagumi teman saya : cantik, sholehah, aktif di kegiatan sosial, punya suami yang sholeh dan secara materi lebih dari cukup.
Lima tahun sudah, beliau mengarungi bahtera rumah tangga, selalu terlihat harmonis dengan suaminya. Sampai bisa dibilang teman saya ini sebagai "tipe istri idaman". Memang yang bersangkutan belum dikarunia-i momongan.
Sampai tadi sore,
"An, percaya tidak ? kalau 1 bulan kemarin saya pernah benar-benar meninggalkan sholat".
"Serius ? jangan bercanda.... masa sih......????" sahutku menyelidik siapa tahu dia menyatakan pertanyaan yang ada makna 'implisit' di dalamnya.
"Demi Alloh...serius....."
Saya terhenyak....waduh kok pakai kalimat Demi Alloh..... masa sih..... se-sholihah dia, meninggalkan sholat.
"Memangnya kenapa ? Bukannya sholat itu jelas pembatas antara muslim dan non-muslim, lagian kan amal yang pertama dihisab bukannya sholat ?" Saya berusaha realistis dan menguasai kekagetan saya.
Ada bening yang menetes dari matanya, hening cukup lama..... Saya diam menunggu.
"Astagfirulloh..... makanya saya sering menangis setiap mengingat itu semua..." terhenti sebentar.
"Saya merasakan serba segalanya : punya harta yang lebih dari cukup, punya suami yang baik, punya kedudukan yang cukup dipandang dan disegani di masyarakat, merasa bangga dengan keilmuan yang saya miliki dan serba segalanya yang lain........" tangisnya meledak.
Saya bingung harus berbuat apa, karena selama ini, dialah yang sering memberi nasihat dan menguatkan saya, ketika saya sedang patah semangat. Akhirnya, saya memilih diam.... ya mendiamkannya untuk melepaskan beban yang mungkin ingin dilepaskannya selama ini.
"Saya benar-benar terkena penyakit uzub.... merasa lebih, sampe pada saat itu, saya tidak bergairah dalam mencapai target-target kehidupan. Ya, karena merasa semuanya sudah terpenuhi. Sampai akhirnya saya pada titik tidak membutuhkan lagi pada siapapun, termasuk pada Gusti Alloh"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar