PENDAHULUAN*
“Hai orang yang berkemul, bangunlah lalu berilah peringatan, dan Rabbmu
agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak,
dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah” (QS. Al-Muddatsir : 1-7)
Kalamulloh di
atas sepintas seakan merupakan perintah-perintah yang sederhana dan remeh,
tetapi ternyata pada hakikatnya mempunyai tujuan yang jauh, berpengaruh sangat
kuat dan nyata, diantaranya :
1.
Tujuan pemberian peringatan, tentang akibat perbuatan
manusia di dunia dan di kemudian hari
2.
Tujuan mengaggungkan Rabb
3. Tujuan membersihkan pakaian dan
meninggalkan perbuatan dosa
4. Tujuan larangan mengharap yang
lebih banyak dari apa yang diberikan agar di senantiasa berbuat, lebih banyak
berusaha dan berkorban, lalu melupakannya
5. Tujuan perintah agar Nabi SAW
bersabar dalam menghadapi gangguan, siksaan, ejekan, dan olok-olok orang yang menentangnya,
karena mengharap keridhoan Alloh semata.
Ayat-ayat tersebut mengandung
materi-materi dakwah dan tabligh. Secara umum, semua ayat ini menuntut tauhid, iman kepada Hari Akhirat,
pembersihan jiwa, penyerahan semua urusan kepada Alloh, meninggalkan kesenangan
diri sendiri dan keridhoan manusia serta untuk dipasrahkan kepada keridhoan
Alloh.
Permulaan ayat-ayat tersebut
mengandung seruan yang tinggi sebagai perintah yang diberikan kepada Nabi
Muhammad SAW, agar beliau bangun dari tidur dan melepas selimut, siap untuk
berjihad dan berjuang. Oleh karena itu beliau bangkit dan selama 25 tahun
beliau tidak pernah beristirahat dan diam, tidak hidup untuk diri sendiri dan
keluarga beliau. Beliau bangkit untuk berdakwah kepada Alloh, menanggung beban
berat di atas pundaknya, tidak mengeluh dalam melaksanakan beban amanat yang
besar di muka bumi ini, memikul beban kehidupan semua manusia, beban aqidah,
perjuangan dan jihad di berbagai medan.
Periode dan Tahapan
Dakwah
Masa dakwah Rasululloh SAW dapat
dibagi ke dalam dua periode :
1. Periode Mekkah, selama 13 tahun
Dibagi menjadi tiga
tahapan :
a. tahapan dakwah secara
sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama tiga tahun
b. tahapan dakwah secara
terang-terangan di tengah penduduk Mekkah, dimulai sejak tahun keempat dari
nubuwah hingga akhir tahun kesepuluh.
c. Tahapan dakwah di luar Mekkah dan
penyebarannya, dari tahun kesepuluh dari nubuwah hingga hijrah ke Madinah.
2. Periode Madinah, selama 10 tahun
SIRAH NABAWIYAH :
BELAJAR DARI TAHAPAN DAKWAH I DAN II
PERIODE MEKKAH
Tahapan I : Jihad
untuk Berdakwah
Peribadatan terhadap Ka’bah dan
penyembahan terhadap berhala dan patung-patung yang disucikan seluruh bangsa
Arab membuata usaha untuk memperbaiki hal tersebut bertammbah sulit dan berat.
Maka itu, dalam menghadpi kondisi seperti ini, tindakan yang paling bijaksana
adalah memulai dakwah dengan sembunyi-sembunyi, agar penduduk Mekkah tidak
kaget karena tiba-tiba menghadapi sesuatu yang menggusarkan mereka.
Sangat lumrah, jika Rasululloh SAW
menampakkan Islam pada awal mulanya kepada orang yang paling dekat dengan
beliau, anggota keluarga, dan sahabat-sahabat karib beliau. Mereka adalh istri
Rasululloh SAW (Ummul mukminah Khadijah binti Khuwailid), Zaid bin Haritsah,
Ali bin Abu Thalib, dan Abu Bakar Ash-shiddiq. Mereka merupakan orang-orang
yang terdahulu dan yang pertama-tama masuk Islam atau dikenal dengan sebutan As-sabiqunal-Awwalun. Mereka masuk Islam
secara sembunyi-sembunyi, Rasululloh SAW menemui mereka dan mengajarkan agama. Dakwah
masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan.
Tahapan ini berlangsung selama
tiga tahun dan wahyu yang pertama-tama turun diantaranya adalah perintah
Sholat. Selama jangka waktu ini telah terbentuk sekelompok orang-orang mukmin
yang senantiasa menguatkan hubungan persaudaraan dan saling bahu-membahu.
Penyampaian dakwah ini terus dilakukan hingga turun wahyu yang mengharuskan
Rasululloh SAW menampakkan dakwah kepada kaumnya, menjelaskan kebatilan mereka,
dan menyerang berhala-berhala sesembahan mereka.
Tahapan II : Dakwah
secara Terang-Terangan
Setelah mendapat perintah untuk
berdakwah secara terang-terangan, Rasululloh SAW langsung bangkit menyerang
berbagai khurafat dan kebohongan syirik, menyebutkan kedudukan berahala dan
hakikatnya yang sama sekali tidak memiliki nilai. Oleh karena itu, orang-orang
Quraisy bangkit untuk menghadang revolusi yang datang secara tak terduga ini.
Mereka bangkit karena menyadari bahwa makna iman yang Rasululloh serukan adalah
penafian terhadap uluhiyah selain Alloh,
bahwa makna iman kepada risalah dan hari akhirat adalah ketundukan dan
kepasrahan secara total. Maka itu, mereka tidak punya pilihan lagi terhadap
diri dan harta mereka, terlebih lagi terhadap orang lain.
Dalam menghadapi dakwah yang
dilakukan Rasululloh SAW tersebut, kaum Quraisy mengirim utusan kepada Abu
Thalib. Utusan tersebut meminta kepada Abu Thalib, agar keponakannya,
Rasululloh SAW, menghentikan aktivitas dakwahnya. Namun hal tersebut ditolak
dengan lembut oleh Abu Thalib. Maka itu, Quraisy melakukan beberapa cara lain
untuk menghadang dakwah Rasululloh SAW, antara lain dengan cara :
1. melakukan penghinaan, ejekan,
olok-olok, dan penertawaan
2. menjelek-jelekkan ajaran beliau
3. melawan Al-Qur’an dengan dongeng
orang-orang dahulu dan menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng tersebut agar
meninggalkan Al-Qur’an
4. menyodorkan beberapa bentuk
penawaran sehingga dengan penawaran itu mereka berusaha untuk mempertemukan
Islam dan Jahiliyah di tengah jalan.
Walaupun demikian, lama-kelamaan
mereka menyadari cara-cara tersebut tidak efektif. Meski begitu, mereka tidak mengendorkan
usaha dalam memerangi Islam, mengganggu beliau, menyiksa orang-orang yang masuk
Islam, menghadang mereka dengan berbagai siasat dan cara.
Gangguan dan siksaan ini tidak
terlalu berarti bagi diri Rasululloh SAW, karena beliau memiliki kepribadian
yang tiada duanya, berwibawa dan dihormati setiap orang, umum maupun khusus. Di
samping itu, beliau masih mendapat perlindungan dari Abu Thalib, orang yang
paling disegani dan dihormati di Mekkah. Tapi bagi orang-orang muslim, terlebih
lagi mereka yang lemah, maka semua itu terasa amat berat dan pahit.
Rangakaian peristiwa yang
menyertai tahapan ini, antara lain :
1. Darul Arqam
2. Hijrah ke Habasyah yang pertama
(QS Al Kahfi, QS Az-Zumar:10, QS Fushilat:26, QS An-Najm:62)
3. Tipu muslihat Quraisy dalam
menghadapi orang-orang muslim yang hijrah ke Habasyah
4. Quraisy mengancam Abu Thalib
5. Quraisy mendatangi Abu Thalib
sekali lagi
6. Ide untuk menghabisi Nabi
7. Hamzah bin Abdul Muththalib masuk
Islam
Faktor-faktor yang menguatkan
kesabaran, ketabahan, dan keteguhan hati :
1. Iman kepada Alloh (QS Ar-Rad:17),
2. Sosok pemimpin yang bisa
menyatukan hati manusia (QS Al-An’am:33),
3. Rasa tanggung jawab,
4. Iman kepada Hari Akhirat (QS Al
Mu’minun : 60),
5.
Iman kepada Al-Qur’an (QS 2:214, QS Al-Ankabut:1-3),
6.
Kabar gembira tentang datangnya keberhasilan (QS
Ash-Shaffat:171-177, QS Al Qamar:45, QS Shad:11,QS An-Nahl:41, QS Yusuf:7,QS
Ibrahim:13-14, QS Ar Rum:4-5).
*Dalam arsip : up grading Pengurus UKMI FABIO UNSOED 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar