I. Pendahuluan
Islam sejak kemunculannya yang pertama-dibawakan oleh Rasulullah Muhammad
SAW- hingga hari ini telah berumur empat belas abad. Sepanjang rentang waktu
itu, Islam mengalami pasang surut peradaban. Dalam sebuah nubuwwat-nya Rasulullah, pernah menengarai bahwa umat Islam
setidaknya akan melalui lima periode dalam perjalanannya hingga hari kiamat
nanti; periode Kenabian, periode Kekhalifahan yang tegak di atas nilai-nilai
kenabian, periode Mulkan’Aadhan atau
Penguasa yang Menggigit, periode Mulkan
Jabariyyan atau Penguasa yang Menindas, dan terakhir sebelum datangnya
Kiamat umat ini sekali lagi akan berjaya dengan kembali ke periode Kekhalifahan
yang tegak di atas nilai- nilai kenabian.
Umat Islam telah melalui sejarahnya yang panjang dengan kebangkitan dan
kemunduran yang datang silih berganti. Hal yang sama juga dialami oleh
peradaban-peradaban lain. Ini merupakan sunatullah yang tidak bias ditawar-tawar.
“Dan masa (kejayan dan kehancuran)
itu kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran).” (Ali
Imran: 140)
Begitulah, pada setiap kurun yang dilalui umat ini, kita selalu melihat
di dalamnya terdapat krisis dalam aspek-aspek tertentu dari kehidupannya.
Krisis itu kemudian memicu munculnya gerakan pembaharuan (kebangkitan) dengan
lontaran isyu-isyu yang khas sesuai dengan ragam krisis yang terjadi. Setiap
kebangkitan melahirkan (juga dilahirkan oleh) tokoh-tokoh ulama, mujahid, ulama
mujahid dengan karya amal maupun karya tulis yang juga khas, sesuai dengan
ragam dan karakter krisis yang terjadi pada saat itu.
Krisis yang telah melanda umat Islam saat ini tidak lagi terkonsentrasi
pada aspek-aspek tertentu dalam kehidupan umat, melainkan menyentuh
keseluruhannya. Hampir dalam semua segi kaum muslimin mengalami kemunduran.
Lihatlah betapa secara politik mereka dan tidak memiliki lembaga “Daulah
Islamiyah” yang mampu mengayomi warganya. Secara ekonomi mereka marginal, dalam
masalah pendidikan dan ilmu pengetahuan mereka tertinggal, dalam aspek sosial
budaya mereka mengekor pada kehidupan barat, dan demikian seterusnya pada
seterusnya pada bidang-bidang kehidupan yang lain. Bahkan dari segi
kepahamannya terhadap ajaran Islam sendiri, mayoritas mereka masih jauh dari
memadai.
Adanya krisis multidimensional itu membutuhkan sebuah solusi perbaikan
yang berkelanjutan. Hal ini hanya dapat
dilakukan oleh sebuah gerakan yang komprehensif dan integral-menyeluruh dalam
setiap strategi perjuangannya.
II. Permasalahan
Dari uraian diatas, dapat diambil hipotesis sementara bahwa krisis yang
melanda umat Islam saat ini harus dihadang dengan kebangkitan yang akan membawa
umat Islam menuju kejayaannya kembali.
Salah satu gerakan pelopor kebangkitan umat Islam di abad 20 adalah
Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Imam Syahid Hasan Al- Banna di Mesir pada
tahun 1928. Gerakan dakwah ini menawarkan sebuah solusi sistemik bagi permasalahan umat yang sudah demikian parah
dan berlarut-larut. Mampukah Ikhwanul Muslimin menyokong kebangkitan Islam
dalam upaya menuju kejayaannya kembali, dengan segenap sumberdaya dan
perangkatnya?? Hal apa saja yang coba ditawarkan oleh Ikhwanul Muslimin untuk
mengatasi permasalahan umat ini?? Pertanyaan-pertanyaan ini akan coba
dijelaskan dalam makalah ini.
III. Dasar Teori
Sebagai sistem ajaran, Islam tetap menjadi alternatif satu-satunya bagi
manusia yang ingin selamat dunia maupun akhirat. Islam juga akan tetap menjadi
satu-satunya alternatif peradaban modern ummat manusia, pada hari ini dan hari
depan. Secara konsepsional, Islamlah yang paling layak untuk menggantikan
seluruh konsepsi spiritual yang telah ada. Hujjah tekstual tak usah
dipertanyakan lagi. Semuanya bisa dilihat dan dikaji kebenarannya dari sumber-sumber
pokok ajaran Islam, yaitu al Qur’an dan As Sunnah.
Dakwah Ikhwanul Muslimin adalah murni dakwah Islamiyah, bukan untuk
kepentingan-kepentingan yang lain. Maka,
setiap muslim harus menyampaikan dakwahnyadi mana saja ia berada dan mengajak umat
manusia untuk merealisasikan tuntutan Islam. Ikhwan selalu memperhatikan
permasalahan kaum muslimin di segala tempat. Dakwah Islam mengandung kemaslahatan umat
manusia, sementara Islam sendiri adalah agama yang mulia dan pembawa kedamaian,
ia tidak akan mengusik orang-orang non muslim selagi mereka patuh. Ikhwan
menawarkan sebuah manhaj dan itu adalah Islam, satu-satunya manhaj dan tidak
ada pilihan lain. Kewajiban para ikhwan adalah senantiasa mengingat bahwa
mereka harus berdakwah dengan dakwah Allah SWT yang merupakan dakwah yang
paling mulia, menyeru dengan pemikiran Islam yang merupakan pemikiran yang
paling lurus, dan menawarkan kepada manusia syariat Al Quran yang merupakan
syariat yang paling adil.
Pemahaman Islam Ikhwanul Muslimin dikemukakan oleh Hasan Al Banna dalam
Mu’tamar Ikhwanul Muslimin ke -V yang diadakan 10 tahun setelah Ikhwan berdiri
yaitu: “Kami berkeyakinan bahwa hukum dan ajaran Islam itu universal, mencakup
seluruh aspek kehidupan duniawi dan ukhrawi. Orang yang memandang Islam hanya
menyangkut soal ibadah saja jelas, salah total. Islam adalah akidah, ibadah,
Negara, dan kebangsaan. Ia merupakan agama dan pemerintahan, spiritual dan
kerja nyata, mushaf dan senjata. Al Qur’an telah menjelaskan semua itu dan
menetapkannya sebagai inti serta pokok ajaran Islam, serta menerapkannya secara
utuh.”
Di Risalah At-Taklim, beliau berbicara tentang Rukun Bai’at yang mengikat
seluruh anggota Ikhwan. Rukun pertama adalah Al-fahmu. Ada Dua Puluh Prinsip Pemahaman. Dan Al Banna
menjadikan yang pertama prinsip tentang pemahaman Islam. ”Islam adalah suatu system yang universal,
yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Negara dan kebangsaan, pemerintahan, dan
kemasyarakatan, moral dan kekuatan hukum, kasihsayang dan keadilan, material an
spiritual. Ia adalah undang-undang dan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan amal,
da’wah dan jihad, usaha dan kekayaan, militer dan ideology, sebagaimana ia juga
akidah yang kokoh dan ibadah yang benar. Masing-masing memiliki kedudukan yang
sama.”
Itulah inti pemahaman Islam menurut Ikhwan. Bertolak dari pemahaman
itulah, hasan Al Banna melihat permasalahan umat, membatasi jangkuannya,
mencari jalan keluarnya dan meletakkan dasar-dasar gerakannya secara terpadu. Al Banna menilai
hanya sistem Islamlah pemecah permasalahan umat.
IV. Peran dan
Kiprah Ikhwanul Muslimin dalam Menyongsong Era Kebangkitan Islam (Implementasi Prinsip Dakwah dan
Politik Ikhwanul Muslimin)
Ikhwanul Muslimin berjuang untuk
mencapai tujuan asasi, tujuan luhur dan perubahan yang dikehendaki Ikhwan yaitu
perubahan secara total dan integral, yang unsur kekuatan umat dan kondisi yang
ada bahu-membahu, bersatu padu untuk menghadapi dan mengadakan perubahan secara
total. Sebagai hasil dari pemahaman yang komprehensif dan utuh tentang Islam
dalam diri Ikhwanul Muslimin ini adalah fikrah mereka melingkupi seluruh aspek
ishlahul ummah (perbaikan masyarakat) dan tercermin di dalamnya setiap unsur
dari berbagai pemikiran dalam rangka perbaikan antara lain
dalam aspek politik, hokum dan administrasi; aspek sosial dan ilmiyah;
serta aspek ekonomi. Kemunculannya yang berhadapan dengan sebuah fase
pergolakan yang kuat dan keras antara penjajah yang fanatis dengan rakyat yang
patriotis. Sebagai dampak dari situasi dan kondisi seperti ini, dakwah Ikhwan
memiliki berbagai karakteristik yang berbeda dengan gerakan-gerakan dakwah yang
lain di zamannya. Diantara karakterisitik dakwahnya itu adalah:
1. Menjauhi titik-titik khilafiyah,
2. Menjauhi dominasi tokoh-tokoh dan pembesar,
3. Menjauhi fanatisme partai-partai dan
golongan-golongan,
4. Memperhatikan masalah takwin (pembentukkan
kepribadian) dan tadaruj (bertahap) dalam langkahnya,
5. Mengutamakan sisi amaliyah yang produktif di
atas seruan-seruan dan propaganda kosong,
6.
Sangat menaruh perhatian pada pemuda, dan
7.
Cepat berkembang di pedesaan dan perkotaan.
Dakwah
yang menyeluruh ini telah membawa Ikhwanul muslimin pada strategi politik yang
merupakan pencerminan keyakinan dan pengamalan fikrah politik sebagai bagian
integral dari fikrah Islam. Fikrah politik yang dimaksud disini adalah politik
mutlak yaitu politik yang menaruh perhatian pada kepentingan umat secara
keseluruhan, dalam atau luar negeri tanpa sedikitpun oleh sistem politik. Pandangan politik semacam itulah yang
memformat gerakan Ikhwan. Politik hanya menjadi salahsatu wajahnya. Bentuknya
pun lembaga politik (hai’ah siyasiyah) bukan partai politik (hizb as-siyasi).
Ini terlihat dari format utuhnya gerakan Ikhwan yang digambarkan Hasan Al Banna
di Mu’tamar Al-Khamis sebagai dakwah salafiyah, thariqah sunniyah, hakikat
shufiyah, hai’ah siyasiyah, jama’ah riyadhiyah, rabithah ’ilmiyah tsaqafiyah,
syirkah iqtishadiyah dan fikrah ijtimaiyah.
Arus
kebangkitan Islam yng berkembang di abad 21 ini, tidak lepas dari peran gerakan
Islam. Ikhwan yang yang tersebar di banyak negara-baik berupa organisasi maupun
pengaruhnya- salah satu kekuatan utama proyek besar membangun peradaban umat.
Hasil yang dicapai arus kebangkitan Islam tentu tidak bisa diklaim sebagai buah
kerja Ikhwan. Tapi hasil kerja seluruh gerakan Islam. Karena itulah Ikhwan memposisikan
dirinya sebagai Jama’ah min Jama’atil Muslimin seperti yang didefinisikan Dr. Yusuf Qardhawi di Fiqhul Awlaawiyat
Al-Harakah Al-Islamiyah. Gerakan
Isalam (harakah Islamiyah) adalah aktivitas masyarakat secara jama’i dan
terorganisir untuk mengembalikan Islam pada kepemimpinan masyarakat,
mengarahkan kehidupan pada semua bidangnya dengan perintah dan larangan-Nya,
ketetapan dan anjuran-Nya.
Apa
saja buah kerja umat dalam proses shahwah Islamiyah hingga saat ini? Dr. Yusuf
Qardhawi di Ummatuna Bainal Qarnain memperkirakan ada enam, yaitu:
1.
Seruan implementasi syari’at Islam; bahkan ini mulai
terjadi di Turki, pusat kekhalifahan yang diubah menjadi negara sekuler oleh
Kemal At-Taturk. Pelopornya adalah gerakan Islam pimpinan Najmudin Erbakan.
2.
Dua negara Islam; yaitu Iran hasil revolusi 1979
Ayatullah Khomaini, dan Sudan buah Revolusi Penyelamat Islam Sudan 1989.
3.
Menghidupkan Jihad fi Sabilillah; yaaitu bangkitnya
semangat dan respon positif terhadap seruan jihad melawan agresor tirani di
bumi Islam. Kita menyaksikan langsung hal ini di Afghanistan, Palestina, dan
Bosnia.
4.
Kembalinya para pemuda pada agama; yaitu
berbondong-bondongnya para pemuda kembali ke masjid dan mengibarkan panji-panji
Islam di sekolah dan kampus. Inilah cikal bakal gerakan Islam di banyak negara,
misalnya di Indonesia, Malaysia dan Pakistan.
5.
Kembalinya perempuan muslimah kepada hijab.
6.
Kemunculan Islam sebagai teori dan praktek.
Dalam
perjalanan berikutnya, Ikhwan menyesuaikan sikap politiknya. Setelah mengkaji
kondisi dan permasalahan politik umat secara lebih komprehensif, Ikhwan
menerima keberadaan partai, bahkan multipartai- dimana di sejumlah negara.
Bahkan, Ikhwan tampil atau mendirikan partai politik. Selanjutnya, hasan Al
Banna menggariskan lima sasaran perjuangan politik Ikhwan, yaitu:
1.
Pembebasan negeri-negeri Islam.
2.
Persatuan negeri-negeri Islam.
3.
Mendirikan Daulah Islamiyah.
4.
Mewujudkan persatuan Arab.
5.
Mewujudkan persatuan Islam.
Sesungguhnya Ikhwan telah mengerahkan sekuat tenaga
secara positif, pembangunan yang baik bagi membentuk sebuah masyarakat dan
ummah baru yang berasaskan keadilan, berperikemanusiaan yang diambil dari
nilai-nilai yang dipelihara oleh tradisi Islam. Sebenarnya gerakan Ikhwan telah
memperlihatkan satu wawasan dan cita-cita untuk membersihkan masyarakat dari
kehancuran dan keruntuhan yang telah melanda masyarakat dunia, terutamanya
keruntuhan akhlak individu, masyarakat dan daulah Islam secara amnya. Ikhwan
berusaha untuk mengembalikan masyarakat kepada nilai murni dan akhlak yang
terpuji dengan perancangan yang produktif dan pelaksanaan yang baik sebagai
contohnya menjadikan diri mereka sebagai teladan kepada masyarakat
Malahan, harakah Ikhwan berjuang untuk membebaskan
masyarakat dari pengagungan terhadap unsur-unsur negatif warisan tradisi yang
rendah dan beku. Serta berusaha mengubah umat Islam dari perasaan bersemangat
akan Islam secara membuta-tuli tetapi malas berusaha kepada rajin bekerja dan
bertawakal kepada Allah S.W.T.
Gerakan Ikhwan dimulai di
Isma'iliyyah kemudian beralih ke Kairo. Dari Kairo tersebar ke berbagai pelosok dan kota di Mesir. Akhir tahun
40-an, cabang Ikhwan di Mesir sudah mencapai 3000. Tiap cabang memiliki anggota
yang cukup banyak. Gerakan tersebut kemudian meluas ke negara-negara Arab. Ia
berdiri kukuh di Suriah, Palestina, Yordania, Libanon, Iraq, Yaman dan
lain-lain. Dewasa ini anggota dan simpatisannya tersebar di berbagai penjuru
dunia. Diantaranya juga telah menyebar di Asia seperti Jepang, Malaysia,
Indonesia dan lain-lain. Penyebaran Ikhwanul Muslimin sangat rapi dan dilakukan
dengan terorganisir dan sistematis. Gerakan ikhwan ini yang tersebar ke seluruh
dunia kadang-kadang tidak menyebutkan dirinya sebagai ikhwanul muslimin tetapi
menggunakan nama lain. Pada dasarnya tujuan mereka sama yaitu mengajak manusi
ke dalam sistem Islam yang kaffah (meyeluruh) dan memukul mundur gerakan
sekulerisasi.
Gerakan dakwah Ikhwanul
Muslimin dengan konsep-konsep gerakan yang komprehensif dan utuh menjadikan
gerakan ini sebagai gerakan yang syamil (menyeluruh), mudah diterima oleh masyarakat
karena solusi perbaikan yang ditawarkan sesui dengan realitas problematika ummat
yang ada. Tidak hanya memperhatikan aspek sosial dan ilmu pengetahuan semata,
melainkan jugaaspek suffiyah dan siyasiyyah, bahkan juga meliputi aspek
harakiyyah dan jihadiyyah (pergerakan dan jihad). Oleh karena itu banyak
gerakan-gerakan Islam lain yang kemudian mengadopsi pemikiran-pemikiran Ikhwan
untuk kemudian dijadikan landasan dasar maupun operasional dalam upaya mencapai
tujuan yang diinginkan dari gerakan tersebut.
Di Indonesia, konsep pemikiran Ikhwan banyak dijadikan referensi, antara
lain Masyumi, Gerakan Tarbiyah, dan ormas-ormas Islam seperti KAMMI, yang nota
bene merupakan gerakan mahasiswa.
Keberhasilan Ikhwanul Muslimin
dalam gerakannya tidak lantas menjadikan gerakan ini stagnan dengan tetap
berprinsip pada konsep awal gerakannya, namun konsep-konsep pemikiran dan
teori-teori politik yang dibangun tetap dikembangkan. Konsep-konsep itu
dibangun dengan memperhatikan realitas politik, sasaran, dan strategi
perjuangan yang dipahami Ikhwan. Sangat mungkin, konsep-konsep itu akan berkembang sesuai dengan dinamika
perjuangan politiknya.
V. Kesimpulan
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
Gerakan Dakwah Ikhwanul Muslimin dapat dianggap sebagai salahsatu
gerakan dakwah yang memiliki karakteristik syamil (menyeluruh). Adanya
kontinuitas dan kedinamisan dari gerakan ini diharapkan mampu melahirkan
solusi-solusi perbaikan umat dalam era kebangkitan Islam. Wallahu A’lam
bishawwab.
Maraji’;
Menuju Jama’atul Muslimin: Hussain bin Muhammad
bin Ali Jabir.
Politik Dakwah Ikhwanul Muslimin: Suplemen
Tatsqif Saksi, Mahfudz Siddiq.
Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin 1 & 2:
Hasan Al Banna.
Tarikh Al- Ikhwan Al-Muslimin: Jum’ah Amin Abdul
Aziz.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar