Ruangan seketika hening, ketika sosok perempuan tersebut memasuki aula markas tercinta.
Seragam hijau toska, dibalut dengan kerudung toska. Anggun dan sederhana, ditemani dengan dua ummahat yang memakai seragam sama, dr. Emma dan istri Ust. Syaiful Islam Mubarak.
Ibu Hj. Neti Prasetiani, Istri Pa Ahmad Heryawan, Gubernur Jawa Barat, yang kesempatan siang ini tepat pukul 13.00 silaturahim menyapa “Srikandi-Srikandi Kota Kuda” di Sekertariat Hitam-Kuning berpadi, setelah kunjungan tugasnya di sela-sela acara PKK di Pendopo Kabupaten.
Amazing spirit … … …
Melihat sosok beliau ketika berbicara di hadapan kami.
Ana menjadi teringat dengan materi-materi tarbiyah yang sering ana dapatkan dari para asatidz dakwah tercinta, tentang mihwar tandzimi, sya’bi, muasasi, sampai mihwar dauli.
Masih hangat terekam dalam ingatan, tentang diskusi-diskusi siang sampai malam tentang kesiapan kader-kader dakwah menuju mihwar dauli. Ide-ide dan gagasan semangat-semangat muda idealis yang masih terpancang di setiap jiwa, tentang cita-cita besar menuju soko guru peradaban dunia.
Dulu, beberapa tahun kebelakang, sebelum amanah ummat dipercayakan kepada kader-kader yang lahir dari mesjid, tataran ide dan gagasan baru sebatas konsep. Dan saat ini ketika kader dakwah telah menjadi milik bangsa ini, maka konsep tersebut harus diaplikasikan pada amal nyata di lapangan.
Tiga konsekuensi yang dihadapi oleh kader dakwah : peran publik di tengah-tengah masyarakat, shocking, dan tuntutan untuk belajar cepat.
Sahabatku,
Ini bukan jalan biasa-biasa yang membutuhkan persiapan alakadarnya.
Bagai dua mata pedang, antara kepercayaan yang diberikan masyarakat dan kesiapan kita untuk bisa amanah dan menjadi khodimul ummah bagi masyarakat.
Ruang-ruang dakwah yang semakin terbuka lebar di berbagai aspek dakwah, dinamisasi yang kita rasakan saat ini, semoga tidak menjadikan kita lupa akan karakter asasi dakwah kita. Ada hal-hal tsawabit yang harus selalu kita pegang dan ada hal-hal mutaghayirat yang kita sesuaikan dengan kondisi zaman saat ini.
Dan yang terpenting, ketika dakwah ini telah menjadi nafas kehidupan bagi setiap muslim, maka untuk menuju kesana,
Ya Rabb, kami memohon pada-Mu untuk selalu diberi kekuatan dalam merapatkan barisan kami, menjaga ukhuwah diantara kami, mengerutkan prasangka-prasangka yang dapat menggerogoti bangunan peradaban ini. Bahwa mereka semua adalah saudara-saudara kami, yang telah terikat hati-hati ini karena kecintaan pada-Mu.
Dan Ya Rabb …………..
kami masih memohon pada-Mu untuk diberikan imunitas dari segala virus-virus dunia yang bisa memalingkan kami dari jalan-Mu.
Masih dengan mata berkaca-kaca, jantung berdegup, kami memandang sosok beliau. Subhanalloh, bukan masalah siap atau tidak siap, tapi d iluar sana, anak-anak bangsa menunggu kiprah kita, menanti huluran tangan dan gerak nyata untuk melakukan perbaikan diberbagai lini kehidupan.
Setelah acara ditutup, kami membentuk lingkaran-lingkaran evaluasi.
“Ukhti pulang dulu………………”
Kami segera menoleh ke arah sumber suara, Ibu Neti, beliau berpamitan pulang beranjak ke Bandung, berjabat erat tangan kami dengan beliau.
Terhatur do’a kami untuk beliau,
“Ya Rabb berikan pada kami pemimpin-pemimpin yang bisa memegang amanah, kuatkan pancangan keyakinannya pada-Mu, dan jadikan kami bisa mengikuti dan meneruskan jejak-jejak kebaikan mereka”.
Kuningan, 13 Januari 2010
Assalamu'alaykum...
BalasHapusTeteh..ini teh Anna ex fabio03 bukan???
Teh, kumaha damang?? sekarang dmn??
Smoga suxes slalu y Teh..
Barokallohufiki..
waalaikumsalam wr wb ya. Ini Vina 2004 ? Vina jga dmn skrg? T di Kuningan, mengabdi di Ponpes Husnul Khotimah.
BalasHapus